Tips Kepemimpinan Yang Baik

Diposting oleh Inspirasi Kecilku on Minggu, 01 Mei 2011

Pernahkah kita dipimpin oleh seseorang?
Bagaimana rasanya saat kita dipimpin olehnya? Apakah menyenangkan? Apakah kepemimpinannya mampu mengakomodir semua kebutuhan kita? Yup, rasanya seperti itu lah pertanyaan umum yang sering dilontarkan orang terkait kepemimpinan seseorang.

Menjadi pemimpin itu mudah, tapi itu bagi mereka yang terbiasa. Hal ini akan menjadi rumit ketika dihadapkan pada seseorang yang tidak mengenal bagaimana cara kepemimpinan yang baik. Memimpin bukan hanya terletak pada sebuah seni, melainkan ada juga dasar keilmuan yang menyertainya.

Beberapa faktor yang perlu kita cermati dalam mengenal gaya kepemimpinan antara lain sebagai berikut ;

Kepedulian seorang pemimpin.

Orang yang kita pimpin tidak akan mempedulikan apa yang kita ketahui sebelum kita mengetahui apa saja yang kita pedulikan dari orang yang kita pimpin. Memimpin bukan berarti kita dengan seenaknya menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu hal. Orang akan mau untuk kita pimpin apabila kita juga mengerti tentang apa yang mereka butuhkan. Sehingga, mereka akan yakin jika kita mampu dan mau untuk memenuhi semua kebutuhan mereka. Kita tidak hanya berkumpul dan masuk ke ranah mereka, tapi kita juga harus bisa meyakinkan mereka jika kita juga merupakan bagian dari mereka.

Kerendahan hati seorang pemimpin.

Pemimpin yang baik tidak akan memimpin karena ego. Jadi, kita sebagai pemimpin harus dapat bersikap rendah hati dan tidak memandang rendah orang yang kita pimpin. Orang yang memimpin dengan ego akan memerintah dengan penuh amarah, emosional, dan menciptakan suasana yang serba ketakutan. Memang saat dia memimpin akan ada banyak yang menaatinya, tapi setelah masa kepemimpinannya selesai maka tidak akan ada lagi orang yang bersedia untuk mengikutinya. Dengan kata lain, pengaruhnya terhadap orang yang sebelumnya pernah dipimpin akan lenyap. Karena itu, bagi kita sebagai pemimpin jadi lah pemimpin yang menjadi pemimpin karena dipercaya untuk memimpin, bukan semata karena usaha keras kita untuk bisa mendapatkan gelar sebagai seorang pemimpin. Kita tidak boleh menempatkan diri sebagai orang yang terbaik semata, tapi kita harus menempatkan diri sebagai orang yang lebih bersedia memimpin daripada orang lain dan bersedia melakukan segala hal yang dipercayakan oleh mereka.

Memimpin dengan sederhana, jelas, dan langsung.

Bagaimana mungkin seseorang akan menjalankan perintah yang ngawur, ruwet, dan membingungkan? Karena itu, kita harus membuat sebuah penyederhanaan. Perintah kita harus sederhana untuk menghindari kerumitan berpikir dan bertindak, jelas agar mudah dipahami maksudnya, dan mengarah langsung pada fokus tujuan yang ingin dicapai. Kita sebagai pemimpin juga tidak boleh terlalu kaku ataupun bimbang dalam mengkoordinir pengikut kita. Yang dibutuhkan di sini adalah gaya yang fleksibel, artinya keputusan kita pun dapat berubah seiring dengan desakan kebutuhan dari orang yang kita pimpin. Akan tetapi, kita juga harus tetap memelihara jika perubahan ini tetap dalam ranah yang logis dan masuk akal.

Sikap menghormati kawan maupun lawan.

Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak pernah meremehkan orang lain. Jika kita sebagai pemimpin terbiasa untuk meremehkan kinerja orang lain, maka itu artinya kita sama saja tidak menunjukan kalau diri kita hebat dan penting, tapi menunjukan betapa kerdilnya diri kita sendiri. Kita harus bersikap hormat dan menghargai orang lain, karena dengan begitu kita akan memiliki kharisma yang luar biasa di mata orang lain. Kita tidak membuat kawan maupun lawan takut kepada kita, tapi membuatnya segan kepada kita. Pemimpin yang besar itu tidak pernah mengemis untuk mendapatkan kepercayaan dari orang yang dipimpinnya, tetapi berusaha bagaimana untuk menunjukan kepada mereka cara mempercayai diri mereka sendiri.

Tidak memimpin dengan ambisius.

Memimpin secara ambisius erat kaitannya dengan emosional dan berujung pada kepentingan pribadi. Kita sebagai pemimpin seharusnya bisa untuk bersikap membedakan kepentingan pribadi dan kelompok. Jangan pernah mencampur adukan di antara keduanya. Pemimpin yang ambisius bisa saja mendapat kepercayaan, tapi tidak akan mungkin mendapatkan pengikut! Kalau sudah tidak ada lagi yang mau mengikuti kita, lalu siapa yang kita pimpin?

Memimpin dengan emosi yang stabil.

Emosi tidak berarti selalu dikaitkan dengan hal yang buruk. Emosi merupakan gejolak sebagai indikator terhadap apa yang sedang kita rasakan. Emosi merupakan alat yang memberitahu kita apa yang seharusnya kita lakukan sebagai tindak lanjut atas apa yang kita rasakan. Memiliki emosi yang kurang stabil itu tidak baik, apalagi jika digunakan untuk memimpin seseorang. Jangan pernah meneriakan sebuah hal di depan umum, karena hal tersebut dapat mengurangi wibawa kita sebagai pemimpin. Hal yang demikian akan memberikan pandangan orang yang kita pimpin jika kita adalah orang yang kurang pintar menguasai diri. Jika sudah demikian, saat kita sudah dicap tidak lagi mampu menguasai diri sendiri, bagaimana mungkin kita bisa menguasai orang lain? Lalu akibatnya? Tidak akan ada lagi yang mau mengikuti kita.

Pentingnya partisipasi orang yang kita pimpin.

Kita sebagai pemimpin ada untuk merealisasikan kebutuhan dari mereka yang kita pimpin. Sebagai manusia biasa, kita hanya akan tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan saat mereka mau menyampaikan apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan harapkan dari kepemimpinan kita. Aturlah partisipasi aktif dari mereka dalam mempengaruhi kepemimpinan kita. Akan tetapi, partisipasi ini muncul saat kita benar-benar tidak mengetahui apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Kita juga harus pandai mengatur frekuensi peran aktif orang yang kita pimpin agar tidak terlalu berlebihan maupun tidak terlalu kurang. Tetap jaga stabilisasi agar kepemimpinan kita tidak terlalu demokrasi yang berlebihan atau diktator yang berlebihan.

Dengan menjadi pemimpin yang baik akan membawa kita pada keberhasilan tujuan dari apa yang selama ini kita semua harapkan. Semua kebutuhan akan terakomodir, masalah dapat diminimalisasi, dan tujuan yang jelas dapat dicapai. Memimpinlah dengan pikiran dan hati sanubari. Dengan begitu, keberhasilan memimpin akan selalu ada di tangan kita semua.

{ 10 komentar... Baca atau Berikan Komentar }

AMARA KENZO mengatakan...

mantap .thanks,,

AMARA KENZO mengatakan...

mantap .thanks,,

AMARA KENZO mengatakan...

mantap .thanks,,

AMARA KENZO mengatakan...

mantap .thanks,,

Unknown mengatakan...

saya sangat setuju

Unknown mengatakan...

saya sangat setuju

Anonim mengatakan...

terimakasih , izin untuk ditambahkan d tugas saya

Unknown mengatakan...

thnks atas infonya!!!

INTERIOR JAKARTA mengatakan...

thanks atas infonya gan :))
titip link ya gan.
https://www.facebook.com/interiorjakarta/

Top Training Indonesia mengatakan...

Pembahasan yang menarik ...

Posting Komentar

 

Pengikut